Menangkap Kehidupan di Pasar Kebayoran Lama: Hunting Foto Bersama Chris Tuarissa
Beberapa waktu lalu (23 Agustus 2025) saya berkesempatan untuk mengikuti kegiatan hunting foto bersama mentor saya, Chris Tuarissa, seorang fotografer yang dikenal dengan pendekatan humanisnya dalam memotret kehidupan sehari-hari. Lokasi yang kami pilih kali ini bukan sembarang tempat—Pasar Kebayoran Lama, pasar tradisional yang sudah berdiri sejak zaman kolonial Belanda dan hingga kini tetap menjadi denyut nadi kehidupan masyarakat Jakarta.
Yang membuat kegiatan ini semakin seru adalah jumlah pesertanya. Tidak hanya saya sendiri, tapi ada lebih dari 20 fotografer lain yang ikut serta. Kami semua datang dengan semangat belajar, ingin menyerap ilmu dari mentor, sekaligus menantang diri masing-masing untuk menangkap cerita unik dari hiruk pikuk pasar.
Pasar Kebayoran Lama: Warisan Sejarah yang Hidup
Pasar Kebayoran Lama bukan hanya sekadar tempat jual beli kebutuhan harian. Ia menyimpan sejarah panjang sejak era kolonial Belanda, menjadi pusat perdagangan dan interaksi sosial masyarakat. Kini, meski Jakarta terus berkembang dengan gedung-gedung tinggi dan pusat perbelanjaan modern, pasar ini tetap bertahan sebagai ruang otentik yang merekam denyut kehidupan warganya.
Belajar Langsung dari Chris Tuarissa
Di tengah keramaian pasar—dengan pedagang yang menawarkan dagangan, suara tawar-menawar, aroma bumbu dapur, dan warna-warni sayur dan buah—kami mendapat banyak arahan dari om Chris (Instagram: @chris_tuarissa).
Salah satu hal yang saya pelajari adalah pentingnya mendekat dengan subjek. Tidak cukup hanya mengambil foto dari kejauhan; untuk benar-benar menangkap esensi kehidupan pasar, fotografer harus berani menyapa, berinteraksi, dan menunggu momen spontan muncul. Dari senyuman tulus seorang pedagang, hingga gerakan cepat tangan menakar cabai atau menimbang ikan—semuanya bisa jadi cerita visual yang kuat.
Kebersamaan Para Fotografer
Kegiatan ini juga memperlihatkan betapa beragamnya sudut pandang tiap fotografer. Dengan jumlah peserta lebih dari 20 orang, kami sering kali memotret objek yang sama, namun hasil akhirnya bisa sangat berbeda. Ada yang fokus pada ekspresi wajah, ada yang tertarik dengan detail tekstur barang dagangan, ada pula yang lebih menekankan pada dinamika cahaya dan bayangan di lorong-lorong pasar.
Blog ini tidak hanya menampilkan hasil karya saya, tetapi juga menyertakan foto-foto pilihan dari para peserta lain. Dengan begitu, pembaca bisa merasakan keragaman perspektif dan cara bercerita melalui kamera yang berbeda.
Refleksi
Bagi saya pribadi, hunting kali ini adalah pengalaman berharga. Fotografi bukan hanya soal teknis kamera, tapi juga tentang membangun hubungan dengan subjek dan memahami cerita di balik setiap momen. Pasar Kebayoran Lama memberikan ruang untuk itu—ia adalah cermin kehidupan kota, dengan segala kesibukan, warna, dan emosi yang nyata.
Pulang dari kegiatan ini, saya tidak hanya membawa kartu memori penuh foto, tetapi juga pemahaman baru tentang bagaimana melihat kehidupan sehari-hari dengan lebih peka.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Fujifilm Indonesia dan Focus Nusantara yang telah menyelenggarakan kegiatan ini dan om Chris Tuarissa yang telah memberikan ilmu dan pengalaman berharga.
Berikut adalah beberapa hasil jepretan saya, serta karya dari teman-teman fotografer lain yang ikut dalam kegiatan ini. Semoga melalui gambar-gambar ini, Anda bisa ikut merasakan atmosfer Pasar Kebayoran Lama, seolah berjalan di lorong-lorong pasar, mendengar riuh pedagang, dan melihat interaksi hangat antar manusia.
